MAKALAH
“ APLIKASI HUMANISTIK DALAM KONSELING KELUARGA”

Disusun sebagai syarat melengkapi tugas mata kuliah konseling keluarga
Disusun Oleh :
Nama :
1.Deni Purwati 1111500088
2. Titin Mukminatin 1111500153
3.M.Abrorudin 1111500034
4.Wisnu Dwi Saputro 1111500229
Kelas :
4D
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PANCASAKTI TEGAL
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat-Nya penyusun bisa menyelesaikan makalah berjudul “Aplikasi
Humanistik dalam Konseling keluarga”. Makalah
ini di buat guna memenuhi tugas mata kuliah Konseling keluarga.
Dalam penyusunan makalah ini,
tentunya penyusun mendapat bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak,
Oleh karena itu pada kesempatan ini
penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Ayah dan bunda tercinta yang telah memberi semangat sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
2.
Bapak Agus Maemun M.pd selaku
dosen pembimbing
3.
Teman – teman di kampus Universitas Pancasakti Tegal terimakasih
atas saran dan diskusinya
Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat terutama bagi penyusun dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan penulisan………………………….................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Konsep dasar.................................................................................................
B.
Pendekatan humanistic dalam konseling keluarga.........................................
C.Hakekat
manusia.............................................................................................
D.Hakekat
konseling..........................................................................................
E.Tujuan
konseling.............................................................................................
F.Karakteristik
konseling....................................................................................
G.Peran
dan fungsi konselor..............................................................................
H.Hubungan
konselor dan klien.........................................................................
I.
Teknik konseling.............................................................................................
J.
Tahap konseling...............................................................................................
K.
Kelebihan dan keterbatasan...........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi humanistik atau disebut
juga dengan nama lain psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang
multifase terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia yang memusatkan
perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi
humanistik adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi yang
lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan
psikoanalisis ( Misiak dan Sexton, 2005 ).
Psikologi humanistik dapat
dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu :
1. Psikologi humanistik menawarkan satu
nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia.
2. Psikologi humanistik menawarkan
pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku
manusia.
3. Psikologi humanistik menawarkan
metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yang lebih efektif dalam dalam
pelaksanaan psikoterapi.
Psikologi Humanistik merupakan salah
satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar
pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad
pertengahan.Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran
psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga” dalam
aliran psikologi.
Pendekatan ini digunakan untuk
membantu memudahkan keluarga itu berkembang dan memenuhi potensi – potensi
individunya. Pendekatan ini lebih menekankan pada pendekatan. Pendekatan ini
memberikan pengalaman – pengalaman dalam meningkatkan perkembangan, yaitu
melalui interaksi antara konselor dan keluarga.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar teori humanistik?
2. Bagaimana aplikasi teori humanistik dalam konseling keluarga?
3. Bagaimana hakekat manusia dalam teori humanistik?
4. Bagaimana hakekat konselingnya?
5. Apa tujuan konseling humanistik?
6. Apa karakteristik teori humanistik?
7. Apa peran dan fungsi konselor dalam teori humanistik?
8. Bagaiman hubungan konselor dengan klien?
9. Apa saja teknik konseling humanistik?
10. Bagaimana tahap konseling?
11. Apa kelebihan dan keterbatasan humanistik?
C.Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui konsep dasar humanistik.
2. Memahami aplikasi teori humanistik dalam konseling
keluarga
3. Mengetahui hakekat manusiadalam humanistik.
4. Mengetahui hakekat konseling dalam humanistik.
5. Mengetahui tujuan konseling dalam humanistik.
6. Mengetahui karakteristik humanistic.
7. Mengetahui peran dan fungsi
konselordalam humanistik.
8. Mengetahui hubungan konselor dengan
klien dalam humanistik.
9. Mengetahui teknik konselingl humanistik.
10. Mengetahui tahap konseling humanistik.
11. Mengetahui kelebihan dan keterbatasan teori humanistik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Psikologi
humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu
sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu system teknik-teknik
yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Pendekatan ini bukan suatu pendekatan
terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang
berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
Menurut Gerald Corey, (1988:54-55) ada beberapa konsep utama dari pendekatan humanistik
yaitu :
1. Kesadaran
diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk
menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri
itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang
itu. Kesanggupan untuk memilih alternative-alternatif yakni memutuskan secara
bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada
manusia.
2. Kebebasan,
tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan
tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada
manusia.Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya
dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati.Kesadaran atas kematian
memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran
tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang
terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya.
3. Penciptaan
Makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa
dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan
memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan
untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab
manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang
bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian.Manusia
juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi
manusiawinya sampai taraf tertentu.
Konsep dasar menurut Akhmad Sudrajat
adalah :
·
Manusia sebagai makhluk hidup yang
dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan
bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas
segala tindakannya.
·
Manusia tidak pernah statis, ia
selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti berani
menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi diri
·
Setiap orang memiliki potensi
kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan fungsi universal
kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self expression.
B.Pendekatan humanistic dalam
Konseling Keluarga
Aplikasi teori-teori konseling pada praktek konseling keluarga adalah suatu
keharusan. Sebenarnya setiap teori konseling ada praktek untuk konseling
individual. Akan tetapi sering konselor mengalami kesulitan dalam aplikasi
tersebut dengan single theory, karena perilaku manusia tidak bisa dilihat hanya
dari satu sisi saja. Jadi harus disorot dari segala arah. Karena itu
menggunakan multi theory adalah hal yang wajar dalam mempelajari atau mengamati
perilaku manusia, terutama dalam praktek konseling.
Walter Kempler (1981)
dalam bukunya experiental Psyhchotherapy mengemukakan pertama kali pendekatan
Gestalts terhadap konseling keluarga. Ia sebagai konselor gestalt beranggapan
bahwa, pendekatan ini amat dekat dengan pendekatan eksistensial fenomenologis.
Dalam deskripsinya mengenai teori dan praktik psikoterapi pengalaman keluarga
(family experiential psychotherapy), Kempler menekankan perhatiannya pada
perjuangan (encounter) atau interaksi interpersonal dalam situasi terapeutik di
sini dan sekarang (here and now). Selanjutnya konselor harus mengembangkan
tujuan konseling dengan cara berpartisipasi penuh sebagai manusia (person).
Yang paling penting dalam
fase awal konseling keluarga ialah mendorong semangat anggota keluarga untuk
berani mengemukakan dunia pribadinya. Kelabunya kehidupan keluarga tidak lain
adalah karena berkurangnya kemauan para anggota untuk mengalami,
merasakan pandangan dunia pribadi anggota keluarga yang lain. Yang satu merasa
benar sendiri, dan berusaha menyalahkan orang lain sehingga masalah yang ada
dalam keluarga itu dirasakan oleh anggota keluarga sebagai masalah yang tak
dimengertinya dan kadang-kadang tak memperdulikannya. Akan tetapi menunjukkan
suatu kemauan untuk melihat dunia orang lain melalui kacamata orang itu sendiri
adalah cara konseling yang diinginkan dan arah ini yang perlu dicapai dengan
situasi terapeutik dalam konseling keluarga.
C.Hakekat Manusia
Pendekatan humanistik berfokus pada
diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pemahaman
atas manusia. Pendekatan humanistik berusaha mengembalikan pribadi kepada fokus
sentral, yakni memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang
tertinggi. Pendekatan ini berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang
mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan
nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur
dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada
sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian,
dan kecenderungan mengaktualkan diri.
Pendekatan Humanistik di lain pihak, menekankan
renungan-renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh.
Terapi eksistensial, terutama berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa
melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling
berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya, pendekatan humanistik memusatkan perhatian pada
asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan humanistik menyajikan suatu landasan
filosofis bagi orang-orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri
khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui
implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi
pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia. Pendekatan ini
memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi, yakni tentang
penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses
teurapeutik. Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia
dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri berkembang
sejak bayi. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan
masing-masing individu. Determinasi diri dan kecenderungan kearah pertumbuhan
adalah gagasan-gagasan sentral. Psikopatologi adalah akibat dari kegagalan
dalam mengaktualkan potensi. Pembedaan-pembedaan dibuat antara “rasa bersalah
ekstensial” dan “rasa bersalah neurotik” serta antara “kecemasan ekstensial”
dan “kecemasan neurotik”. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa
seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu,
akan lebih meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan serta
bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.
Sebagai salah contoh dalam perilaku
sehari-hari: “narkoba dan free sex.” Dalam masyarakat, jelas narkoba dan free
sex itu adalah pelanggaran. Baik pilihan atau tindakan seseorang yang terlibat
dalam narkoba dan free sex, itu jelas melanggar norma, moral dan hukum. Tidak
ada masyarakat yang melegalkan semua tindakan ini. Namun bagi penganut
eksistensialist, bukan “narkoba dan free sex” yang menjadi problemnya, tetapi
pilihan seseorang. Pilihan ini akan mendorong lahirnya tindakan seseorang. Jika
seseorang menilai “narkoba dan free sex” itu adalah positif (maksudnya:
mendatangkan keuntungan bagi dirinya sendiri, membuat manusia melupakan segala
problem hidupnya, membuat lapangan pekerjaan, karena banyaknya pengangguran,
dsb), maka “narkoba dan free sex” akan dilakukan. Akan tetapi sebaliknya jika
hal ini dianggap negatif, maka itu tidak akan dilakukan. Yang jelas, pilihannya
menjadi faktor penentu lahirnya tindakan seseorang.
D.Hakekat Konseling
Hakikat konseling humanistik menekankan
renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Pendekatan
humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas
pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik
adalah hubunganya dengan klien.Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam
situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif.
E.Tujuan Konseling
1. Agar klien
mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi dasar atas
keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya.
keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya.
2. Meluaskan
kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni
menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
3. Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan
sehubungan dengan tindakanmemilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya
lebih dari sekedar korbankekuatan-kekuatan deterministik diluar dirinya.
4..Konseling keluarga
bertujuan membantu anggota keluarga belajar dan memahami bahwa dinamika
keluarga merupakan hasil pengaruh hubungan anggota keluarga.
5. Membantu
anggota keluarga agar dapat menerima kenyataan bahwa apabila salah seorang
anggota keluarga memiliki permasalahan, hal itu akan berpengaruh terhadap
persepsi, harapan, dan interaksi anggota keluarga lainnya
6. Memperjuangkan (dalam konseling), sehingga
anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang guna mencapai keseimbangan dan
keselarasan.
7. Mengembangkan
rasa penghargaan dari seluruh anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang
lain.
F. Karakteristik
Konseling eksistensialisme berfokus
pada situasi kehidupan manusia di alam semesta, yang mencakup; kemampuan
kesadaran diri, kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib hidupnya sendiri;
tanggung jawab pribadi; kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin;
usaha untuk menemukan makna dari kehidupan manusia
; keberadaan dalam komunikasi dengan manusia
lain ; kematian; serta kecenderungan dasar untuk mengembangkan dirinya
semaksimal mungkin (winkel 453;2007).
Pendekatan humanistik percaya pada kehendak bebas,
bahwa individu secara sadar atau tidak sadar membuat keberadaan mereka dan,
bila diberikan pada keadaan yang tepat, dapat menciptakan kembali keberadaan
mereka-dengan kata lain, perubahan. Sebagian besar pendekatan eksistensial-humanistik
percaya bahwa ada kecenderungan bawaan bagi individu untuk mengaktualisasikan
diri untuk memenuhi potensi mereka jika mereka diberikan lingkungan yang
kondusif untuk pertumbuhan (Maslow, 1968, 1970).
Pendekatan
eksistensial-humanistik mengambil perspektif fenomenologis ketika mereka
menekankan realitas subjektif klien. Selain itu, pendekatan ini tidak
menekankan peran bawah sadar sedangkan kesadaran ditekankan.
Eksistensial-humanis percaya bahwa kecemasan adalah bagian alami dari hidup
maupun pesan tentang keberadaan seseorang.
G.Peran dan Fungsi Konselor
Peran
konselor mencakup hal-hal berikut :
1. Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
2. Menyadari peran
dari tanggung jawab konselor
3. Berorientasi
pada pertumbuhan.
4. Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi.
5. Mengakui bahwa
putusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien.
6. Memandang
terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknyatentang
manusia secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif
dan positif.
7. Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
Mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
Mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
8. Bekerja ke arah
mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
9. Konselor
berperan sebagai facilitative a comfortable yaitu membantu klien melihat secara
jelas dan obyektif dirinya dan tiindakan – tindakannya sendiri
10. Berusaha
menghilangkan pembelaan diri dan keluarga
11. Membelajarkan
klien untuk berbuat secara dewasa untuk bertanggung jawab melakukan self control
12. Konselor
mejadi penengah dari pertentangan atau kesenjangan komunikasi dan
menginterpretasi pesan – pesan yang disampaikan klien atau anggota keluarga.
H.Hubungan Konselor dengan Klien
Hubungan
terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensional.Penekanan diletakkan pada
pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih-alih pada tehnik-teknik
yang mempengaruhi klien.Isi pertemuan terapi adalah pengalaman klien sekarang,
bukan “masalah” klien.Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran yang otentik
difokuskan kepada “disini dan sekarang”.Masa lampau atau masa depan hanya
penting bila waktunya berhubungan langsung.
Yang
paling diutamakan oleh konselor eksistensial adalah hubunganya dengan
klien.Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi terapeutik
merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif.Konselor percaya bahwa
sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang kejujuran,
integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan.Konseling
merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien, suatu perjalanan
pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan dirasakan klien.
Konselor
berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang tidak
dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May dan
Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas konselor
untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara penuh dan
terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing klien untuk
berhubugan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab berhubungan
dengan si klien itu (Yalom, 1980).
Inti dari hubungan terapeutik adalah rasa saling menghormati,
yang mencakup kepercayaan akan potensi klien untuk secara otentik menangani
kesulitan mereka dan akan kemampuan mereka menemukan jalan alternatif akan
keberadaan mereka. Sidney Jourad (1971) mendesak konselor untuk mengajak klien
mereka benar-benar menunjukkan keotentikan dirinya melalui perilaku yang
otentik dan pengungkapan diri.Oleh karena itu konselor mengajak klien untuk
tumbuh dengan mencontoh perilaku otentik.Mereka bisa menjadi transparan apabila
dianggap cocok untuk diterapkan dalam hubungan itu, dan sifat kemanusiaannya
bisa menjadi stimulus untuk diambil potensi riilnya oleh klien.
I. Teknik Konseling
Teori humanistik tidak memiliki
teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa
dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teoriGestalt dan
Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa
ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.
Dalam konseling humanistik terdapat teknik-teknik konseling , yang mana sebelum
mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat beberapa prinsip kerja
teknik humanistic.Upaya pelaksanaan konseling keluarga yang bermasalah
diperlukan pemahaman yang khusus dan
terarah antara lain :
1.
Membina
hubungan baik (good rapport).
2.
Membuat
klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan keterbatasannya.
3.
Merangsang
kepekaan emosi klien,mengembangkan penghargaan emosional terhadaphubungan antar
keluarga yang satu dengan yang lainnya.
4.
Membuat
klien bisa mencari solusi permasalahannya sendiri.
5.
Mengembangkan
potensi dan emosi positif klien.
J. Tahap Konseling
Terdapat
beberapa tahap yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi eksistensial
antara lain :
1. Tahap pendahuluan
Konselor mengembangkan
hubungan baik / rapport antara therapist dengan keluarga dan antara
anggota keluarga yang satu dengan anggota keluarga yang lainnya. membantu
konseli dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka tentang
dunia. Konseli diajak untuk mendefinisikan dan
menayakan tentang cara mereka memandang dan menjadikan
eksistensi mereka bisa diterima. Mereka meneliti
nilai mereka, keyakinan, serta asumsi untuk
menentukan kesalahannya. Bagi banyak konseli
hal ini bukan pekerjaan yang mudah, oleh
karena itu awalnya mereka memaparkan problema
mereka. Konselor disini mengajarkan
mereka bagaimana caranya untuk bercermin pada eksistensi mereka sendiri
dan meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka dalam hidup.
2. Pada
tahap tengah dari konseling humanistik
Konseli didorong
semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti
sumber dan otoritas dari sistem nilai mereka. Proses eksplorasi
diri ini biasanya membawa konseli ke pemahaman
baru dan berapa restrukturisasi dari nilai dan
sikap mereka. Konseli mendapat cita rasa yang lebih baik akan jenis
kehidupan macam apa yang mereka anggap
pantas. Mereka mengembangkan gagasan yang jelas
tentang proses pemberian nilai internal mereka.
3. Tahap
terakhir dari Konseling humanistik
Berfokus pada alternative
pemecahan masalah kemudian menerapkan
salah satu alternative pemecahan masalah konseli untuk bisa
melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka
sendiri dan keluarganya. Sasaran terapi adalah
memungkinkan konseli untuk bisa mencari cara mengaplikasikan nilai
hasil penelitian dan internalisasi dengan jalan
kongkrit. Biasanya konseli menemukan jalan mereka untuk menggunakan
kekuatan itu demi menjalani konsistensi
kehidupannya yang memiliki tujuan.
K. Kelebihan & Keterbatasan
Kelebihan
1. Teknik
ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan
kepercayaan diri.
2. Adanya
kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
3. Memanusiakan
manusia.
4. Bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis
terhadap fenomena sosial.
5. Pendekatan
humanistik lebih cocok digunakan pada perkembangan klien seperti masalah
karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun masa
transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa
Kelemahannya
1. Dalam
metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
2. Dalam
pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas.
3. Terlalu
percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan ditentukan
oleh klien sendiri)
4. Memakan
waktu lama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling Aplikasil humanistic ini berfokus pada sifat dari kondisi manusia
yang mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk
menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu
unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada
sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian,
dan kecenderungan mengaktualkan diri.
Tujuan khusus dari konseling
keluarga antara lain agar mendorong anggota keluarga agar memiliki toleransi
pada anggota keluarga lain,mampu memberi motivasi,dorongan,sesuai dengan
persepsi anggota keluarga lain,serta orang tua mampu berpersepsi secara
realistis sesuai dengan persepsi anggota keluarga yang lain.
B. Saran
Memiliki kemampuan dalam konseling
humanistik merupakan hal yang penting,dapat mengarahkan hidup kita ke masa
depan yang lebih baik. Untuk itu kita harus mengasah kemampuan (kreatifitas)
kita secara baik berdasarkan pengalaman -pengalaman pribadi kita di
lingkungan.Kita dapat memahami dan mengetahui hal-hal atau masalah klien kita
nantinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Siti Hartinah,2009.Konseling Keluarga.Tegal:UPS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar